Dan karena siswanya sudah pulang duluan, maka dalam menerima piala saya mewakili dari siswanya untuk menerima penghargaan dari dinas pendidikan.
Semoga berhasil di tingkat provinsinya...
Dan karena siswanya sudah pulang duluan, maka dalam menerima piala saya mewakili dari siswanya untuk menerima penghargaan dari dinas pendidikan.
Semoga berhasil di tingkat provinsinya...
Bentuk dataran
- Dataran Tinggi adalah wilayah dataran yang luas dengan ketinggian mencapai 300-600 meter diatas permukaan air laut.
Dataran Rendah adalah wilayah yang datar yang memiliki ketinggian 0-200 meter di atas permukaan air laut.
Gunung merupakan wilayah dataran yang menonjol keatas dibandingkan dengan wilayah yang ada disekitarnya yang terletak diatas 600 meter diatas permukaan air laut.
Pegunungan merupakan wilayah yang berada di ketinggian 700 meter atau lebih diatas permukaan air laut dengan kawasan rangkaian gunung-gunung yang berjajar.
Tanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut. Tanjung kadang disebut dengan istilah Ujung. Tanjung yang luas disebut dengan semenanjung.
Pantai adalah daerah perbatasan antara laut dengan daratan.
Bentuk Perairan sebagai berikutDaerah permukaan Bumi yang digenangi air lebih besar sekitar 71% dari permukaan Bumi tertutup air. Seperti di lautan, danau maupun rawa-rawa.
Sungai adalah aliran air yang panjang berasal dari mata air dan berakhir di laut.
Danau adalah genangan air yang luas yang dikelilimgi daratan.
Rawa-rawa adalah lahan secara alami tergenang air secara terus menerus atau musiman.
Selat adalah laut sempit diantara dua pulau.
Laut merupakan perairan yang luas dengan ciri airnya asin.
Di dalam atmosfer terdapat udara yang bisa dihirup/digunakan oleh makhluk hidup untuk bernafas. Ada gas nitrogen untuk membantu tumbuhan mendapatkan nutrisi untuk kehidupan.
Di atmosfer terdapat lapisan-lapisan udara yaitu Troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer dan eksosfer. Setiap lapisan udara dibedakan berdasarkan temperaturnya dan ketinggiannya dari permukaan bumi.
Lapisan Atmosfer Bumi
- Troposfer adalah bagian paling bawah atmosfer Bumi berkisar 0-10 km dari permukaan bumi
- Stratosfer adalah Lapisan udara diantara 10-30 km di atas permukaan Bumi.
- Mesosfer adalah daerah atmosfer yang terletak antara 30-50 km di atas permukaan Bumi.
- Termosfer adalah yang terletak antara 50-400 km di atas permukaan Bumi.
- Eksosfer adalah daerah di luar atmosfer yang terletak lebih dari 400 km di atas permukaan Bumi
Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?
Ki Hajar Dewantara mencetuskan filosofi pratap triloka terdiri :
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru berupa nilai-nilai kebajikan yang tentunya akan berpengaruh pada pembentukan karakter diri seseorang serta cara pandangnya terhadap situasi atau masalah yang dihadapi seorang guru dalam mengambil keputusan. Sehingga dapat mengidentifikasi dan menganalisis kasus atau masalah baik berupa dilema etika maupun bujukan moral yang dihadapi, untuk dapat menerapkan paradigma, prinsip dan melakukan pengambilan dan pengujian keputusan yang berani, percaya diri serta menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid.
Seorangn guru harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid yang dalam pengambilan keputusannya bertanggung jawab, meminimalkan resiko bagi semua pihak dan tentunya berpihak pada murid.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil ? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut ? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya
Kegiatan coaching adalah kemampuan dalam menggali potensi dari seseorang untuk mencapai tujuannya atau memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dalam kegiatan coaching diperlukan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, sikap positif, mendengarkan dan memotivasi yang dalam penerapannya menggunakan alur TIRTA. Dengan menggunakan alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi serta menggalil potensi atau permasalahan yang terjadi yang didalamnya juga memuat pemecahan masalah yang terjadi secara sistematis. Dengan mengkombinasikan sembila langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi kita terhadap keputusan yang kita ambil sehingga ketika pengambilan keputusan tersebut tidak ada rasa keraguan dalam diri untuk mengambil keputusan tersebut karena telah menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang didukung dengan kegiatan coaching yang didalamnya telah mengidentifikasi, analisis serta memaksimalkan potensi yang ada pada diri seseorang dalam memecahkan masalahnya sendiri, yang nantinya tidak akan ada menimbulkan pertanyaan lagi pada dirinya ketika sudah mengambil keputusan tersebut.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan meyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika ?
Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial emosional dapat membantu dalam mengidentifikasi dan pemecahan masalah dilema etika dengan tepat dan bijaksana dalam pengambilan keputusan. Seorang guru harus memiliki kesadaran diri yang baik serta menunjukkan integritas dan tanggung jawab dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan dilema etika. Selain itu, kesadaran penuh dalam mengahadapi dilema etika juga harus dimiliki oleh seorang guru dalam pengambilan keputusan sehingga dari keputusan yang diambil dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman serta setiap pengambilan keputusan memperhatikan keberpihakan pada murid dengan meminimalkan resiko yang terjadi pada banyak pihak.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik ?
Ketika seorang pendidik dihadapkan dengan kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika maka secara sadar atau tidak sadar, seorang pendidik akan terpengaruh pada nilai-nilai yang dianutnya dalam mengambil keputusan. Karena nilai-nilai kebajikan yang dimilikinya akan menjadi dasar seorang pendidik dalam mempertimbangkan sebuah keputusan yang akan diambil. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalan nilai-nilai yang positif maka keputusan yang diambil akan tepat dan dapat dipertanggung jawabkan, namun jika sebaliknya nilai-nilai yang dianut tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambil cenderung hanya sebatas keputusan secara pribadi dan tidak keberpihakan kepada murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif , kondusif, aman dan nyaman.
Dalam pengambilan keputusan tentunya akan berdampak pada sekolah dan lingkungan kita berada sehingga dalam membuat keputusan harus mempertimbangkan segala sesuatunya termasuk konsekuensi dari keputusan yang kita ambil. Jika keputusan yang kita ambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan maka tentu akan terwujudnya lingkungan yang diharapkan yaitu lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun jika kita kurang tepat dalam pengambilan keputusan maka konsekuensinya bisa berdampak buruk pada lingkungan sekolah serta warga sekolah maupun di lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan rasa ketidak nyamanan dan terkesan tidak aman bagi warga sekolah dari keputusan tersebut. Sehingga dalam mengambil keputusan diperlukannya pradigma dilema etika, prinsip-prinsip pengambilan keputusan serta melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar dapat mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda ?
Tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjelankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini adalah pada karakter masyarakat dan budaya di lingkungan setempat. Sehingga hal ini menjadi pertentangan-pertentangan dalam menentukan paradigma yang dipilih saat mengambil keputusan pada kasus dilema etika, karena akan berkaitan nilai-nilai kebajikan yang dianut dan budaya serta karakteristik masyarakat di lingkungan sekolah. Berdampak pada perubahan paradigma yang dibuat tidak akan langsung diterima dengan baik dan mudah, namun diperlukan secara perlahan-lahan untuk melakukan perubahan dengan berbagai kebijkan yang diambil dalam setiap keputusan.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita ? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda ?
Menurut pendapat saya, pengaruh dari pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid kita adalah semuanya tergantung pada keputusan yang kita ambil. Apabila keputusan yang kita ambil adalah pembelajaran yang berpihak pada murid dengan menggunakan metode, model serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid sehingga yang kita lakukan adalah pembelajaran yang memerdekakan murid sesuai dengan kodrat dan potensi yang dimilikinya.
Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan melihat kesiapan belajar, minat nelajar dan gaya belajar anak yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang didalamnya juga terdapat aspek sosial dan emosional murid sehingga mampu memerdekakan murid baik secara kognitif, efektif maupun psikomotorik.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya ?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak pada masa depan murid-muridnya, ketika seorang pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, tentu murid akan menjadi pembelajar yang merdeka, mandiri, kreatif dan inovatif. Sehingga ketika pengambilan keputusan yang berpihak pada murid maka perlu mengidentifikasi dan menganalisis dampak yang terjadi ke depannya. Dari hal tersebut diperlukan kebijakan seorang pemimpin pembelajar dalam mengambil keputusan yang tepat untuk dapat membawa perubahan murid mencapai potensi yang dimilikinya, yang keputusan tersebut haruslah berpihak pada murid dan bertanggung jawab yang nantinya akan membantu murid-murid dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya ?
Untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid maka seorang pemimpin pembelajaran dapat menerapkan prinsip pratap triloka Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus menjadi teladan dan penuntun bagi murid-muridnya, sehingga dalam mengambil keputusan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan, nilai yang berpihak pada murid serta bertanggung jawab dan seorang pemimpin pembelajar harus memiliki nilai-nilai guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid.
Dalam mengambil keputusan, perlu adanya pertimbangan pada visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan kebutuhan belajar murid dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat belajar dan gaya belajar anak dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Sehingga dapat mengarahkan murid dalam mengembangkan potensi belajarnya melalui keputusan yang tepat dalam memberikan pembelajaran yang hal ini akan menentukan masa depan anak ke depannya.
Kompetensi sosial dan emosional diperlukan seorang pemimpin pembelajaran dalam kematangan untuk mengambil keputusan karena ketika seorang pemimpin pembelajaran berada pada situasi dilema etika maka seorang pemimpin pembelajar dapat menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness untuk secara sadar melihat permasalah yang ada untuk konsekuensi dari keputusan yang akan diambil yang lebih berpihak pada murid dan meminimalkan resiko yang terjadi.
Untuk melakukan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dengan melakukan analisis pada kasus dilema etika dan bujukan moral yang telah dipelajari. Berdasarkan pembelajaran yang telah saya pelajari dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 pradigma dilema etika yaitu :
Bahwa dalam pengambilan keputusan perlu memperhatikan 4 pradigma dilema etika yaitu :
Model refleksi yang akan saya gunakan modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin menggunakan segitiga refleksi.
Setelah pembelajaran modul ini, akhirnya saya mampu untuk melakukan praktik pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dengan melakukan analisis pada kasus dilema etika dan bujukan moral yang telah dipelajari. Berdasarkan pembelajaran yang telah saya pelajari dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 pradigma dilema etika yaitu :
Tujuan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehandaki dan membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan serta membuat keputusan sendiri.
Proses coaching merupakan sebagai bentuk komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru dan murid, yang memberikan kebebasan untuk menemukan kekuatannya sendiri yang ada pada dirinya melalui peran guru yang menuntun muridnya dan memberdayakan potensi yang ada pada murid.
Paradigma Berpikir Coaching
Pemikiran Reflektif Terkait Coaching
Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP
Prinsip-prinsip coaching, coaching bukan tentang memberi tahu atau menghakimi, coaching adalah tentang bermitra mendengarkan dengan penuh perhatian dan membantu rekan atau murid dalam menemukan solusi mereka sendiri.
Model refleksi yang akan saya gunakan berbeda dengan model refleksi sebelumnya, kali ini saya akan menggunakan model refleksi segitiga refleksi pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional
Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir bahwa dalam mengelola sosial dan emosional merupakan kemampuan yang sendirinya akan muncul dalam kegiatan pembelajaran tanpa harus kita kelola lagi. Sehingga saya lebih fokus pada penyampaian materi dan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi warga sekolah.
Setelah mempelajari modul ini ternyata pembelajaran sosial dan emosional sangatlah penting dalam melatih diri murid pada keterampilan sosial dan emosionalnya agar murid lebih matang untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu dengan menerapkan lima kompetensi sosial dan emosional bagi murid untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan (well-being) secara optimal.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (wll-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah :
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat :
Implementasi KSE
Kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah saya pelajari dengan modul-modul sebelumnya
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran guru penggerak melalui Kompetensi Sosial dan Emosional pada murid dengan cara melatih dan menumbuhkan pola pikir, nilai-nilai, kepercayaan yang membentuk perilaku murid sesuai dengan karakter profil pelajar Pancasila serta menumbuhkan nilai kemandirian, terwujudnya pemimpin pembelajaran serta terjalinnya kolaborasi antar teman sejawat dalam penerapan dan membudayakan KSE di kelas dan sekolah. Selain itu guru selalu berinovasi merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan perkembangan KSE murid. Sehinga melalui nilai dan peran guru penggerak akan terciptanya well-being dalam lingkungan sekolah.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak
Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat mewujudkan visi guru penggerak dengan adanya melakukan prakarsa perubahan untuk menggali nilai-nilai positif dari dalam diri murid. Sehingga nilai-nilai positif tersebut akan dijadikan sebuah visi yang menjadi bagian sebuah kebiasaan dan budaya sekolah yang dapat memberikan pembelajaran kepada murid tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga terwujudnya profil pelajar Pancasila.
Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dan murid dapat memahami dan mengenali emosi dirinya masing-masing sehingga mampu mengontrol dirinya yang dalam penerapannya pada budaya positif, baik itu disiplin positif, keyakinan kelas, restitusi dan segitiga restitusi sesuai dengan kesadaran diri dan manajemen diri. Untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan tentunya akan berpengaruh pada penerapan budaya positif di sekolah, Sehingga pembelajaran sosial dan emosional menjadi bagian penting dalam budaya positif di kelas dan sekolah.
Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dan murid dapat mengidentifikasi dan memahami perasaan dan emosi murid sehingga guru dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan murid, minat dan profil belajar yang dalam penerapannya menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Sehingga dengan memperhatikan kebutuhan belajar dan menerapakan pembelajaran berdiferensiasi tentu hal ini sangat berpengaruh pada keadaan sosial dan emosional murid pada kompetensi sosial dan emosionalnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Alhamdulillah Siswa kami yang bernama M. Arif Rahman dari SD Negeri Sungai Rangas Ulu, mampu meraih prestasi pada lomba FTBI tingkat Kabupat...