Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik
Coaching merupakan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, diama coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).Tujuan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehandaki dan membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan serta membuat keputusan sendiri.
Proses coaching merupakan sebagai bentuk komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru dan murid, yang memberikan kebebasan untuk menemukan kekuatannya sendiri yang ada pada dirinya melalui peran guru yang menuntun muridnya dan memberdayakan potensi yang ada pada murid.
Paradigma Berpikir Coaching
- Fokus pada coachee atau rekan yang akan dikembangkan
- Bersikap terbuka dan ingin tahu
- Memiliki kesadaran diri yang kuat
- Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip Coaching
- Kemitraan
- Proses Kreatif
- Memaksimalkan Potensi
Kompetensi Inti Coaching
- Kehadiran Penuh adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee sehingga badan dan pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching
- Mendengarkan aktif, seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching fokus pada pusat komunikasi adalah pada diri coachee yakni mitra bicara.
- Mengajukan pertanyaan berbobot, pertanyaan yang dilakukan dapat membuat seorang coach untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan dan kompetensi.
Mendengarkan Dengan RASA
RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize dan Ask
Alur Titra sebagai Model Coaching
Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching
Dalam pelaksanaannya ada 2 paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni
- Paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan
- Optimalisasi potensi setiap individu
Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, refelektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif yang mencakup tujuan proses supervisi akademik.
Pemikiran Reflektif Terkait Coaching
Pengalaman belajar pada modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik merupakan hal baru bagi saya, pada modul ini saya belajar mengenai coaching yang merupakan salah satu metode pengembangan diri. Metode coaching ini pun dianggap cocok dalam dunia pendidikan untuk diterapkan untuk dapat menggali potensi yang dimiliki seorang untuk memaksimalkan kekuatan dirinya dalam pembelajaran.
Pada modul ini saya belajar tentang menggali potensi pengetahuan mengenai coaching, pengalaman supervisi yang telah saya alami dan terkait keterampilan coaching tersebut. Selain itu saya juga belajar mempraktikkan melakukan percakapan coaching dengan menggunakan alur TIRTA yang dalah hal ini berupaya untuk memberdayakan guru dan mendorong mereka mencapai potensi maksimalnya. Saya juga belajar bagaimana mengikuti alur TIRTA : Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab
Dalam melakukan coaching, saya harus memiliki kompetensi berikut yaitu kehadiran penuh mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Ternyata untuk melakukan hal itu semua, tidak semudah yang saya bayangkan. Terutama pada kompetensi mengajukan pertanyaan berbobot, ada beberapa hal yang harus kita lakukan yaitu selalu mengajukan pertanyaan terbuka yang berasalkan dari mendengarkan dan yang tidak kalah pentingnya adalah pada kompetensi mendengarkan aktif kita tidak boleh untuk memunculkan judgment, asumsi atau asosiasi. Dan hal ini menjadi perhatian bagi saya, karena harus berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut.
Perasaan yang saya rasakan selama proses belajar adalah saya termotivasi dan optimis dapat menerapkan pendekatan coaching dalam supervisi akademik baik kepada murid maupun guru, walau ada rasa kekhawatiran tentang kemampuan saya dalam mempraktikkan teknik coaching yang telah saya pelajari. Sehingga saya perlu banyak latihan dalam melakukan praktik percakapan coaching ini, agar semakin terasah kemampuan saya sebagai coach untuk kehdairan penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Yang sudah baik yang saya lakukan berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar adalah saya telah dapat menerapkan beberapa teknik coaching baik dalam ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual dengan menggunakan alur tirta dan memiliki kompetensi inti serta prinsip coaching baik sebagai coach, coachee mapun observer (pengamat). Yang tentunya hal ini menjadi bekal saya untuk dapat saya terapkan di sekolah saya baik kepada rekan kerja atau murid saya untuk pengembangkan kompetensi dirinya. Sedangkan yang perlu saya perbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar adalah saya perlu meningkatkan kemampuan saya pada 2 kompetensi mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot serta sesuai dengan alur TIRTA. Agar percakapan coaching dilakukan lebih mendalam lagi untuk dapat menggali potensi atau kekuatan dari diri coachee tersebut.
Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah dengan penerapan coaching untuk supervisi akademik hal ini akan membantu saya menjadi pribadi yang baik yang mampu memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda, selain itu juga mampu untuk dapat menuntun diri dan orang lain untuk menggali kekuatan dan potensi yang ada pada dirinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Praktik caoching supervisi akademik memberikan pengalaman kepada saya untuk dapat menerapkan di sekolah, sehingga praktik coaching dapat meningkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran dan dapat menjadi bekal saya untuk dapat membantu murid maupun rekan sejawat dalam mengembangkan kompetensi yang ingin dicapainya.
Analisis yang saya lakukan untuk implementasi dalam konteks CGP
Dari awal pembelajaran pada modul 2.3 ini, saya sudah sangat tertarik pada topik yang akan saya pelajari ini, karena ada kegundahan yang menjadi pertanyaan saya, coaching adalah proses kolaborasi antara coach dan coachee, nah jika seorang coach gagal dalam menjalin kepercayaan kepada coachee, hal seperti apa yang perlu dilakukan agar kegiatan coaching tersebut dapat dilaksanakan dan benar-benar efektif dan terbuka. Karena, jika seorang coachee tidak memiliki kepercayaan kepada seorang coach jelas praktik coaching ini tidak akan dapat menggali dari potensi atau kekuatan coachee tersebut karena tidak memiliki kepercayaan. Sehingga seorang coach bukan hanya paham mengenai nilai dan peran guru penggerak atau hanya sebatas memiliki label seorang guru penggerak karena memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai nilai dan guru penggerak serta praktik coaching tersebut sehingga merasa dirinya mampu untuk melakukan coach kepada orang lain namun yang diharapkan adalah dapat menerapkan nilai dan peran guru penggerak tersebut pada dirinya agar dapat menjadi teladan bagi murid dan rekan sejawatnya. Jika hal tersebut dapat diterapkan dengan baik maka tentu seseorang dengan rela hati untuk di coaching untuk menjadi bagian pengembangan diri seseorang.
Kegiatan coaching dalam supervisi akademik akan menunjang peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan dilakukannya coaching dalam supervisi akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru sehingga kinerha mereka meningkat dan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada murid tercapai dengan lebih baik.
Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP
Selama ini supervisi akademik hanya berfokus pada pengawasan dan penilaian sehingga guru kurang bisa dalam mengembangkan potensi dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan dilakukan supervisi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengubah mindset supervisi dilakukan untuk proses pengembangan potensi dari guru.
Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
- Melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah dan rekan sejawat mengenai konsep coaching supervisi akademik.
- Membuat artikel atau video tentang penjelasan coaching supervisi akademik di media sosial.
Membuat Keterhubungan
Pengalaman Masa Lalu
Sebelumya saya saat dilakukan supervisi akademik kepala sekolah atau atasan melakukan coaching lebih cenderung dalam memberikan solusi dan saran dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukan saat dilakukan supervisi akademik.
Penerapan di Masa Mendatang
Sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap murid dan rekan sejawat yang memerlukan pendampingan dari saya. Prinsip coaching ini sangat diperlukan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga supervisi tidak hanya sebatas penilaian dari guru namun juga bisa menjadi pengembangan potensi diri guru secara maksimal guna perbaikan kualitas pembelajaran kepada murid.
Harapan ke depannya, kegiatan supervisi akademik dapat menjadi salah satu komponen utama dalam upaya sistematis untuk meningkatkan kompetensi guru dalam aspek akademik. Prinsip-prinsip coaching seperti kemitraan yang erat, pemanfaatan proses kreatif dan peningkatan potensi harus diterapkan secara efektif dalam setiap supervisi. Dengan demikian supervisi tidak hanya menjadi penilaian rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah atau atasan tetapi juga menjadi sarana pengembangan berkelanjutan yang memungkinkan guru untuk mencapai potensi akademik yang ingin mereka capai.
Konsep atau Praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Pada modul 2.1 pembelajaran berdiferensiasi, saya belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. Hal ini juga dapat dilakukan dengan praktik coaching untuk dapat menggali potensi coachee untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat mengidentifikasi solusi mereka sendiri untuk dapat mengatasi tantangan yang ingin mereka capai.
Pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), saya mempelajari berbasis sosial dan emosional. Salah satu materinya adalah praktik mindfulness yang bisa mewujudkan kesadaran diri. Dalam kegiatan praktik coaching, praktik mindfulness dapat diterapkan untuk mendukung kompetensi inti coaching, yakni kesadaran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Selain itu dapat juga menggunakan teknik STOP yang digunakan untuk menciptakan lingkungan agar lebih kondusif. Hal ini diperlukan agar dapat menjadi lebih fokus dan hadir sepenuhnya saat melakukan proses coaching.
Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Coaching untuk pemberdayaan : membangun pola pikir coaching di sekolah
Prinsip-prinsip coaching dan pola pikir coaching yang penting untuk membangun budaya coaching di sekolah
Prinsip-prinsip coaching, coaching bukan tentang memberi tahu atau menghakimi, coaching adalah tentang bermitra mendengarkan dengan penuh perhatian dan membantu rekan atau murid dalam menemukan solusi mereka sendiri.
3 Prinsip utama coaching
- Kemitraan, bermitra dengan rekan pendidik bukan menjadi atasan mereka
- Percakapan dua arah, mendengarkan dengan seksama dan terlibat dalam percakapan yang terbuka dan kolaboratif
- Memaksimalkan potensi, membantu rekan pendidik menemukan kekuatan dan potensi mereka untuk mencapai tujuan mereka.
Pola pikir coaching adalah kunci untuk menjadi coach yang efektif.
4 Pola pikir coaching yaitu
- Fokus pada rekan pendidik, fokus pada individu dan kebutuhan mereka bukan pada masalah atau kekurangan mereka.
- Terbuka dan ingin tahu, selalu ingin belajar lebih banyak dan memahami perspektif rekan pendidik.
- Kesadaran diri, menyadari pikiran, perasaan dan bias kita dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi interaksi kita dengan rekan pendidik.
- Melihat peluang baru, fokus pada masa depan danmembantu rekan pendidik melihat peluang baru untuk berkembang.
Manfaat coaching sebagai berikut
- Meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar murid,
- Meningkatkan motivasi dan keterlibatan guru
- Meningkatkan kolaborasi dan komunikasi antar guru
- Menciptakan budaya belajar yang positif dan suportif.