Selamat Datang diblog Belajar Belajar dan Berbagi.

Di blog ini, Saya akan berbagi informasi tentang dunia pendidikan dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi kita semua. Semoga Blog ini dapat bermanfaat bagi kawan-kawan semua. Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.

Rabu, 24 Juli 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik


Coaching merupakan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, diama coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Tujuan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehandaki dan membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan serta membuat keputusan sendiri.

Proses coaching merupakan sebagai bentuk komunikasi pembelajaran yang dilakukan guru dan murid, yang memberikan kebebasan untuk menemukan kekuatannya sendiri yang ada pada dirinya melalui peran guru yang menuntun muridnya dan memberdayakan potensi yang ada pada murid.

Paradigma Berpikir Coaching

  1. Fokus pada coachee atau rekan yang akan dikembangkan
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip Coaching
  1. Kemitraan
  2. Proses Kreatif
  3. Memaksimalkan Potensi
Kompetensi Inti Coaching 
  1. Kehadiran Penuh adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee sehingga badan dan pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching
  2. Mendengarkan aktif, seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching fokus pada pusat komunikasi adalah pada diri coachee yakni mitra bicara.
  3. Mengajukan pertanyaan berbobot, pertanyaan yang dilakukan dapat membuat seorang coach untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan dan kompetensi.
Mendengarkan Dengan RASA

RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize dan Ask



Alur Titra sebagai Model Coaching



Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching
Dalam pelaksanaannya ada 2 paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni 
  1. Paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan
  2. Optimalisasi potensi setiap individu
Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, refelektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif yang mencakup tujuan proses supervisi akademik.

Pemikiran Reflektif Terkait Coaching

Pengalaman belajar pada modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik merupakan hal baru bagi saya, pada modul ini saya belajar mengenai coaching yang merupakan salah satu metode pengembangan diri. Metode coaching ini pun dianggap cocok dalam dunia pendidikan untuk diterapkan untuk dapat menggali potensi yang dimiliki seorang untuk memaksimalkan kekuatan dirinya dalam pembelajaran.

Pada modul ini saya belajar tentang menggali potensi pengetahuan mengenai coaching, pengalaman supervisi yang telah saya alami dan terkait keterampilan coaching tersebut. Selain itu saya juga belajar mempraktikkan melakukan percakapan coaching dengan menggunakan alur TIRTA yang dalah hal ini berupaya untuk memberdayakan guru dan mendorong mereka mencapai potensi maksimalnya. Saya juga belajar bagaimana mengikuti alur TIRTA : Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab

Dalam melakukan coaching, saya harus memiliki kompetensi berikut yaitu kehadiran penuh mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Ternyata untuk melakukan hal itu semua, tidak semudah yang saya bayangkan. Terutama pada kompetensi mengajukan pertanyaan berbobot, ada beberapa hal yang harus kita lakukan yaitu selalu mengajukan pertanyaan terbuka yang berasalkan dari mendengarkan dan yang tidak kalah pentingnya adalah pada kompetensi mendengarkan aktif kita tidak boleh untuk memunculkan judgment, asumsi atau asosiasi. Dan hal ini menjadi perhatian bagi saya, karena harus berusaha untuk tidak melakukan hal tersebut.

Perasaan yang saya rasakan selama proses belajar adalah saya termotivasi dan optimis dapat menerapkan pendekatan coaching dalam supervisi akademik baik kepada murid maupun guru, walau ada rasa kekhawatiran tentang kemampuan saya dalam mempraktikkan teknik coaching yang telah saya pelajari. Sehingga saya perlu banyak latihan dalam melakukan praktik percakapan coaching ini, agar semakin terasah kemampuan saya sebagai coach untuk kehdairan penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Yang sudah baik yang saya lakukan berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar adalah saya telah dapat menerapkan beberapa teknik coaching baik dalam ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual dengan menggunakan alur tirta dan memiliki kompetensi inti serta prinsip coaching baik sebagai coach, coachee mapun observer (pengamat). Yang tentunya hal ini menjadi bekal saya untuk dapat saya terapkan di sekolah saya baik kepada rekan kerja atau murid saya untuk pengembangkan kompetensi dirinya. Sedangkan yang perlu saya perbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar adalah saya perlu meningkatkan kemampuan saya pada 2 kompetensi mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot serta sesuai dengan alur TIRTA. Agar percakapan coaching dilakukan lebih mendalam lagi untuk dapat menggali potensi atau kekuatan dari diri coachee tersebut.

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah dengan penerapan coaching untuk supervisi akademik hal ini akan membantu saya menjadi pribadi yang baik yang mampu memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda, selain itu juga mampu untuk dapat menuntun diri dan orang lain untuk menggali kekuatan dan potensi yang ada pada dirinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Praktik caoching supervisi akademik memberikan pengalaman kepada saya untuk dapat menerapkan di sekolah, sehingga praktik coaching dapat meningkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran dan dapat menjadi bekal saya untuk dapat membantu murid maupun rekan sejawat dalam mengembangkan kompetensi yang ingin dicapainya.

Analisis yang saya lakukan untuk implementasi dalam konteks CGP 

Dari awal pembelajaran pada modul 2.3 ini, saya sudah sangat tertarik pada topik yang akan saya pelajari ini, karena ada kegundahan yang menjadi pertanyaan saya, coaching adalah proses kolaborasi antara coach dan coachee, nah jika seorang coach gagal dalam menjalin kepercayaan kepada coachee, hal seperti apa yang perlu dilakukan agar kegiatan coaching tersebut dapat dilaksanakan dan benar-benar efektif dan terbuka. Karena, jika seorang coachee tidak memiliki kepercayaan kepada seorang coach jelas praktik coaching ini tidak akan dapat menggali dari potensi atau kekuatan coachee tersebut karena tidak memiliki kepercayaan. Sehingga seorang coach bukan hanya paham mengenai nilai dan peran guru penggerak atau hanya sebatas memiliki label seorang guru penggerak karena memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai nilai dan guru penggerak serta praktik coaching tersebut sehingga merasa dirinya mampu untuk melakukan coach kepada orang lain namun yang diharapkan adalah dapat menerapkan nilai dan peran guru penggerak tersebut pada dirinya agar dapat menjadi teladan bagi murid dan rekan sejawatnya. Jika hal tersebut dapat diterapkan dengan baik maka tentu seseorang dengan rela hati untuk di coaching untuk menjadi bagian pengembangan diri seseorang.

Kegiatan coaching dalam supervisi akademik akan menunjang peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Dengan dilakukannya coaching dalam supervisi akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru sehingga kinerha mereka meningkat dan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada murid tercapai dengan lebih baik.

Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP

Selama ini supervisi akademik hanya berfokus pada pengawasan dan penilaian sehingga guru kurang bisa dalam mengembangkan potensi dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan dilakukan supervisi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengubah mindset supervisi dilakukan untuk proses pengembangan potensi dari guru.

Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

  1. Melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah dan rekan sejawat mengenai konsep coaching supervisi akademik.
  2. Membuat artikel atau video tentang penjelasan coaching supervisi akademik di media sosial.
Membuat Keterhubungan

Pengalaman Masa Lalu
Sebelumya saya saat dilakukan supervisi akademik kepala sekolah atau atasan melakukan coaching lebih cenderung dalam memberikan solusi dan saran dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukan saat dilakukan supervisi akademik.

Penerapan di Masa Mendatang 
Sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap murid dan rekan sejawat yang memerlukan pendampingan dari saya. Prinsip coaching ini sangat diperlukan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga supervisi tidak hanya sebatas penilaian dari guru namun juga bisa menjadi pengembangan potensi diri guru secara maksimal guna perbaikan kualitas pembelajaran kepada murid.

Harapan ke depannya, kegiatan supervisi akademik dapat menjadi salah satu komponen utama dalam upaya sistematis untuk meningkatkan kompetensi guru dalam aspek akademik. Prinsip-prinsip coaching seperti kemitraan yang erat, pemanfaatan proses kreatif dan peningkatan potensi harus diterapkan secara efektif dalam setiap supervisi. Dengan demikian supervisi tidak hanya menjadi penilaian rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah atau atasan tetapi juga menjadi sarana pengembangan berkelanjutan yang memungkinkan guru untuk mencapai potensi akademik yang ingin mereka capai.


Konsep atau Praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari 

Pada modul 2.1 pembelajaran berdiferensiasi, saya belajar tentang pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. Hal ini juga dapat dilakukan dengan praktik coaching untuk dapat menggali potensi coachee untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat mengidentifikasi solusi mereka sendiri untuk dapat mengatasi tantangan yang ingin mereka capai.

Pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), saya mempelajari berbasis sosial dan emosional. Salah satu materinya adalah praktik mindfulness yang bisa mewujudkan kesadaran diri. Dalam kegiatan praktik coaching, praktik mindfulness dapat diterapkan untuk mendukung kompetensi inti coaching, yakni kesadaran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Selain itu dapat juga menggunakan teknik STOP yang digunakan untuk menciptakan lingkungan agar lebih kondusif. Hal ini diperlukan agar dapat menjadi lebih fokus dan hadir sepenuhnya saat melakukan proses coaching.

Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Coaching untuk pemberdayaan : membangun pola pikir coaching di sekolah
Prinsip-prinsip coaching dan pola pikir coaching yang penting untuk membangun budaya coaching di sekolah

Prinsip-prinsip coaching, coaching bukan tentang memberi tahu atau menghakimi, coaching adalah tentang bermitra mendengarkan dengan penuh perhatian dan membantu rekan atau murid dalam menemukan solusi mereka sendiri.

3 Prinsip utama coaching 
  1. Kemitraan, bermitra dengan rekan pendidik bukan menjadi atasan mereka
  2. Percakapan dua arah, mendengarkan dengan seksama dan terlibat dalam percakapan yang terbuka dan kolaboratif
  3. Memaksimalkan potensi, membantu rekan pendidik menemukan kekuatan dan potensi mereka untuk mencapai tujuan mereka.
Pola pikir coaching adalah kunci untuk menjadi coach yang efektif.

4 Pola pikir coaching yaitu 
  1. Fokus pada rekan pendidik, fokus pada individu dan kebutuhan mereka bukan pada masalah atau kekurangan mereka.
  2. Terbuka dan ingin tahu, selalu ingin belajar lebih banyak dan memahami perspektif rekan pendidik.
  3. Kesadaran diri, menyadari pikiran, perasaan dan bias kita dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi interaksi kita dengan rekan pendidik.
  4. Melihat peluang baru, fokus pada masa depan danmembantu rekan pendidik melihat peluang baru untuk berkembang.
Manfaat coaching sebagai berikut 
  1. Meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar murid, 
  2. Meningkatkan motivasi dan keterlibatan guru
  3. Meningkatkan kolaborasi dan komunikasi antar guru
  4. Menciptakan budaya belajar yang positif dan suportif.

Jumat, 05 Juli 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Model refleksi yang akan saya gunakan berbeda dengan model refleksi sebelumnya, kali ini saya akan menggunakan model refleksi segitiga refleksi pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional


Adapun cara saya melakukan identifikasi pada segitiga refleksi ini, mengenai pembelajaran yang telah saya pelajari berdasarkan panduan dibawah ini


  • Setelah pembelajaran hari ini, akhirnya saya mampu untuk mempelajari dan memahami 5 kompetensi sosial dan emosional, yang diantaranya kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Selain itu cara dalam menyikapi, memproses dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi tertentu yang sedang dihadapi dengan mempraktikkan kesadaran penuh (mindfulness) dengan berbagai teknik yang bisa dilakukan seperti teknik STOP, mendengarkan atau memainkan alat musik, menggambar atau melukis serta membuat tulisan tentang perasaan yang muncul. Hal ini dilakukan untuk terwujudnya kesejahteraan psikologis (well-being) pada ekosistem sekolah yang tentunya diimplementasikan pada pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah.

  • Setelah pembelajaran hari ini, saya memahami bahwa Pembelajaran sosial dan emosional sangatlah penting bagi pendidik, tenaga pendidik dan murid dalam menerapkan 5 kompetensi sosial dan emosional untuk mewujudkan sekolah yang aman dan nyaman bagi setiap warga sekolah. Sehingga dalam hal ini diperlukannya kolaborasi antar guru dan murid dalam penerapan pembelajaran sosial dan emosional serta kolaborasi antar guru dan guru sehingga guru dapat menjadi model atau teladan bagi muridnya dalam penerapan kompetensi sosial dan emosional di sekolah dan terwujudnya iklim sekolah yang nyaman dan aman serta budaya sekolah yang positif.

  • Perasaan saya setelah pembelajaran modul 2.2 ini adalah saya merasa senang dan bahagia, hal ini menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi saya dalam memberikan kebutuhan belajar murid, yang mungkin hal ini sudah saya lakukan tanpa saya sadari, namun dengan pembelajaran sosial dan emosional ini saya lebih dikuatkan lagi pemahaman saya sehingga saya bisa untuk mengembangkan kompetensi sosial dan emosional di kelas dan sekolah, mengintegrasikan dalam pembelajaran praktik mengajar dan kurikulum akademik, sehingga akan tercipta iklim sekolah dan budaya sekolah serta adanya penguatan kompetensi sosial dan emosional bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

  • Setelah pembelajaran modul 2.2 ini, maka target saya selanjutnya adalah saya ingin memperbaiki dan tingkatkan dengan mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah yaitu dengan merancang pembelajaran yang di dalamnya terdapat kompetensi sosial dan emosional, kemudian melakukan kolaborasi dengan seluruh warga sekolah baik itu murid, guru dan tenaga kependidikan. Selain itu juga mempraktikkan kesadaran penuh untuk memperkuat 5 kompetensi sosial dan emosional sehingga akan terwujudnya well-being (kesejahteraan psikologis) sekolah yang baik dan positif. Dalam hal ini saya harus menjadi model atau teladan bagi murid dan rekan guru dalam menerapkan pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah.

Rabu, 03 Juli 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional

Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir bahwa dalam mengelola sosial dan emosional merupakan kemampuan yang sendirinya akan muncul dalam kegiatan pembelajaran tanpa harus kita kelola lagi. Sehingga saya lebih fokus pada penyampaian materi dan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi warga sekolah.

Setelah mempelajari modul ini ternyata pembelajaran sosial dan emosional sangatlah penting dalam melatih diri murid pada keterampilan sosial dan emosionalnya agar murid lebih matang untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu dengan menerapkan lima kompetensi sosial dan emosional bagi murid untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan (well-being) secara optimal.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (wll-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah :

  1. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  2. Kesadaran penuh (mindfulness) adalah kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada saat kondisi saat sekarang yang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Mindfulness merupakan dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional dengan metode STOP (berhenti sejenak, tarik nafas dalam, rasalam sensasi yang terjadi, selesai dan lanjutkan aktifitas)
  3. Kesejahteraan psikologis (well-being) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan yang baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup merasa lebih bermakna serta berusaha mengeskplorasi dan mengembangkan dirinya
Perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah sebagai berikut :
  1. Bagi murid-murid : menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid serta mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional dalam setiap pembelajaran dan pada setiap aktivitas yang dilakukan di kelas dan sekolah. Seperti mengajak murid untuk memunculkan mindfulness dengan teknik STOP serta kegiatan pembelajaran secara berkelompk maupun klasikal di kelas untuk mengembangkan 5 KSE pada murid.
  2. Bagi rekan sejawat : Saya belajar untuk melakukan refleksi KSE dan mengembangkan serta mengimplementasikannya, mempraktikkan dan menjadi teladan bagi rekan sejawat melalui praktik baik dalam menerapkan KSE di kelas dan sekolah kemudian mengajak rekan sejawat untuk berkolaborasi dalam menerapkan dan membudayakan kompetensi sosial dan emosional di kelas dan sekolah.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat : 

  1. Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan sosial)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Kompetensi Sosial dan Emosional terdiri dari 5 yaitu 
  1. Kesadaran Diri adalah kemampuan untuk memahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
  2. Manajemen Diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
  3. Kesadaran Sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya dan konteks yang berbeda-beda.
  4. Keterampilan Berelasi adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
  5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab adalah kemapuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasarkan atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacama-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat dan kelompok.
Well-Being
Well-being adalah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain untuk dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.




Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Mindfulness (kesadaran Penuh) adalah kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari nafas. Salah satu teknik melatih nafas adalah teknik STOP yang perlu dilakukan adalah :
Dengan teknik ini saraf parasimpatik menenagkan tubuh dengan memperlambat detak jantung. Mennurunkan tekanan darah, mempertajam kekuatan otak bagian atas yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi dan kesadaran sehingga akan tercipta well being.

Implementasi KSE

  1. Penerapan KSE di kelas dan sekolah
  2. Integrasi dalam pembelajaran praktik mengajar dan kurikulum akademik
  3. Penciptaan iklim sekolah dan budaya sekolah
  4. Penguatan kompetensi sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan

Kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah saya pelajari dengan modul-modul sebelumnya 




Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Filosofi Pendidikan KHD

Pembelajaran Sosial dan Emosional dan filosofi pendidikan KHD sangat erat kaitannya untuk membantu anak didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan yaitu dengan guru mampu menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Dengan menciptakan kondisi yang nyaman, sehat dan bahagia bagi murid. Sehingga murid dapat memiliki kesadaran diri dan mengelola emosi dengan baik, dapat berempati, berinteraksi dengan baik serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Hal ini akan sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak

Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran guru penggerak melalui Kompetensi Sosial dan Emosional pada murid dengan cara melatih dan menumbuhkan pola pikir, nilai-nilai, kepercayaan yang membentuk perilaku murid sesuai dengan karakter profil pelajar Pancasila serta menumbuhkan nilai kemandirian, terwujudnya pemimpin pembelajaran serta terjalinnya kolaborasi antar teman sejawat dalam penerapan dan membudayakan KSE di kelas dan sekolah. Selain itu guru selalu berinovasi merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan perkembangan KSE murid. Sehinga melalui nilai dan peran guru penggerak akan terciptanya well-being dalam lingkungan sekolah.

Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak

Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat mewujudkan visi guru penggerak dengan adanya melakukan prakarsa perubahan untuk menggali nilai-nilai positif dari dalam diri murid. Sehingga nilai-nilai positif tersebut akan dijadikan sebuah visi yang menjadi bagian sebuah kebiasaan dan budaya sekolah yang dapat memberikan pembelajaran kepada murid tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga terwujudnya profil pelajar Pancasila.

Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Budaya Positif

Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dan murid dapat memahami dan mengenali emosi dirinya masing-masing sehingga mampu mengontrol dirinya yang dalam penerapannya pada budaya positif, baik itu disiplin positif, keyakinan kelas, restitusi dan segitiga restitusi sesuai dengan kesadaran diri dan manajemen diri. Untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan tentunya akan berpengaruh pada penerapan budaya positif di sekolah, Sehingga pembelajaran sosial dan emosional menjadi bagian penting dalam budaya positif di kelas dan sekolah.

Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Dari Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru dan murid dapat mengidentifikasi dan memahami perasaan dan emosi murid sehingga guru dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan murid, minat dan profil belajar yang dalam penerapannya menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Sehingga dengan memperhatikan kebutuhan belajar dan menerapakan pembelajaran berdiferensiasi tentu hal ini sangat berpengaruh pada keadaan sosial dan emosional murid pada kompetensi sosial dan emosionalnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.




Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More